SELAMAT DATANG DI WEBSITE : www.daop9jember.blogspot.com.
WEBSITE KABAR MAUPUN FOTO DARI DAOP 9 JEMBER.

Jumat, 16 Mei 2008

Cerpen Wisata Jember

KENANGAN

JEMBER-KALIBARU


Ian dan Dimas yang keduanya adalah sahabat karib yang sama-sama mempunyai hobi fotografi dan memiliki kecintaan pada kereta api, berencana untuk berwisata ke Kalibaru pada liburan panjang bulan ini. “Eh Ian, gimana klo kita berdua wisata ke Kalibaru?” tanya Dimas. Lalu Ian membalas, “Ngapain ke Kalibaru kan enak ke Cilacap pulang ke rumah gue aja,” Lalu Dimas berkata, “Di sana kan pemandangannya cukup bagus lho, buat hunting tuh enak.”,”Yang benar aja,” kata Ian, “Ya udah klo kagak percaya, ya gak usah ikut aja, enak kan,” balas Dimas. Setelah itu ian menimbang-nimbang pilihan “Jember, Cilacap, jember, Cilacap, Jember, Cilacap,…..27x.” Akhirnya Ian mendapatkan jawabannya. “Ya udah ku ikut Dimas,” kata Ian. Lalu Dimas berkata,”Ikut ke mana?”.”Ya ikut ke Jember donk,” balas Ian.

Ian dan Dimas masih kuliah pada suatu perguruan tinggi di Surabaya. Karena mereka belum pernah pergi ke Kalibaru, Ian berinisiatif untuk menghubungi temannya di Jember yang bernama Rhama untuk memandu mereka berdua dalam melakukan wisata ke Kalibaru. “Hallo Rhama,” kata Ian, “Ya benar, ni sapa ya? Coz ku baru tau nomor ini, sorry aja ya,” balas Rhama. “Ni Ian yang ada di Friendster,” jawab Ian, “Ooo…. Mas ian, ada apa Mas?” kata Rhama. “Gini Rhama Hari Minggu kan libur gimana klo kita ke kalibaru beserta Dimas?” tanya Ian. “Oke,” jawab Rhama. Ternyata Rhama pun memiliki hobi yang sama dengan Ian dan Dimas sehingga dia pun menyanggupi dapat memandu mereka berdua berwisata ke Kalibaru. Dan juga Rhama sudah tau kawasan Daop 9 Jember.


Waktu liburan panjang pun tiba, Ian dan Dimas pun sudah bersiap-siap berangkat menuju Jember. Karena disana Rhama telah menunggu mereka berdua. Sore harinya, Ian dan Dimas menuju Jember dengan menggunakan KA Logawa. ”Pak beli tiket Logawa, Jember, dua dewasa. Berapa Pak?” tanya Dimas. “Rp 40.000, Dik” jawab petugas tiket St. Surabaya Gubeng. “Tepat pada pukul 17:00 KA Logawa tujuan akhir Jember siap diberangkatkan dari jalur 3, dari St. Surabaya Gubeng. Bagi para penumpang diharap naik ke dalam kereta, loket dan pintu masuk segera ditutup KP 35/37,” kata PPKA SGU. “Prit….3x,” peluit KP SGU dibunyikan pertanda KA Logawa diberangkatkan. Lalu dibalas bel lokomotif ”Fren……..1x” semboyan 35 yang sangat panjang sekali.


Selama di perjalanan mereka berdua pun tidak tidur karena mereka kagum dengan pemandangan alam yang indah selama di perjalanan. Setelah 4 jam lamanya, akhirnya mereka sampai di Stasiun Jember dan bertemu dengan Rhama. Kemudian Rhama mengajak Ian dan Dimas untuk menginap di rumah Rhama yang berada tidak jauh dari stasiun kira-kira 500 meter. “Hallo Rhama, gimana kabarnya?” tanya Ian. “Baik-baik aja, selamat datang di Daop 9 Jember,” balas Rhama. “Ayo kita langsung ke rumahku aja biar tidak kemalaman,” kata Rhama. “Oke,” kata Ian. Dimas berkata, “Ngapain langsung ke rumahmu Rhama, ku mau cari angina segar Jember dulu, coz ku kan belum tau udara Jember.” “tapi kan sekarang udah malam Dimas, kita sekarang jaga tubuh kita. Kita besok kan full time Dimas, so kita sekarang istirahat aja. Oke brother.” “Ya…. 9x, ya udah ku turuti omonganmu. Oke bravo,“ kata Dimas. Setelah sampai rumah, mereka langsung mandi, shalat, dan tidur. Karena paginya akan full time untuk survey penginapan di Kalibaru serta hunting foto KA di jalur Jember-Kalibaru.


Esok paginya, mereka bertiga menuju ke stasiun Jember untuk pergi ke Kalibaru dengan menaiki KA Probowangi. Sebelum naik mereka sempat mendapatkan foto KA Probowangi di Stasiun Jember. Pada saat itu karena musim libur panjang, penumpang kereta pun cukup banyak. “Wah panas ya, jadi gerah nih,” kata Ian dan Dimas, “Ya iyalah, biasa naik eksekutif sekarang naik ekonomi, jadinya susah and sekarang kan hari libur, so the train is fuel.” Walaupun di dalam kereta cukup padat dan panas akibat berdesakan dengan penumpang lain, mereka tidak merasa jenuh karena selama di perjalanan menuju Kalibaru mereka diperlihatkan pemandangan alam yang indah seperti hamparan sawah, kebun kopi, dan hutan pinus yang menyejukkan mata. Sesekali mereka memotret kebun kopi dari atas kereta penumpang. “Wah bagus sekali pemandangannya,” kata Ian. “Iayalah pemandangan sini sangat bagus sekali. Ini masih belum, coba nanti kita lihat di daerah Garahan-Mrawan-Kalibaru pemandangannya ngalah-ngalahi pemandangan alam bandung, sini meskipun kagak ada double track and electrical signal seperti Daop 8 Surabaya, sini masih menang pemandangan alam, betul kagak?” tanya Rhama. Dimas menjawab,”betul sih.” Akhirnya suasana di dalam kereta pun agak lengang Karen sesampai di Stasiun Kalisat, banyak penumpang yang turun dari kereta. Dan pada saat itu dari arah berlawanan datang KA Sri Tanjung dengan tujuan akhir Stasiun Yogya dengan nomor lokomotif CC20143. “Awas hati-hati jalur 2 kereta api Sri Tanjung tujuan akhir Lempuyangan, Yogyakarta. Sebelum naik periksa barang bawaan dan tiket Anda terlebih dahulu,” kata PPKA Kalisat. Saat itu juga, Ian dan Dimas yang membawa kamera digital dan Rhama yang membawa kamera film di tasnya berencana untuk turun sebentar dari KA Probowangi untuk memotret KA Sri Tanjung yang baru saja tiba di Stasiun Kalisat. Namun, sayang seribu saying rencana mereka bertiga batal, karena PPKA Kalisat bersiap-siap memberangkatkan KA Probowangi. “Segera diberangkatkan dari jalur 3 KA Probowangi tujuan Banyuwangi. Bagi para penumpang yang masih berada di luar segera naik KP 27/29,” kata PPKA Kalisat. “Prit…3x,” peluit PPKA Kalisat berbunyi pertanda KA Probowangi diberangkatkan, lalu dibalas dengan semboyan 35 milik lokomotif BB30305, “Fen….1x”. Ian, Dimas, dan Rhama pun membatalkan niatnya untuk memotret KA Sri Tanjung dengan wajah yang kecewa. “Wah gagal lagi….2x,” kata Ian. Dimas berkata, “Eh, tadi masinis KA Sri Tanjung gue kenal lho, coz bulan kemrin gue ama Ian naik lokomotif ama masinis and stoker itu tuh pas waktu mau pulang dari BW-SGU.” “Yang benar aja, jadi kepingin nih,” balas Rhama. “Kepingin makanya banyaklah berteman ama orang jalan/ orang Dipo dan PUK, “ kata Ian. Rhama berkata, “Oooo.. gitu tu, oke akan ku coba.”


Kekecewaan mereka tidak berlangsung lama karena beberapa saat setelah kereta berjalan lagi, mereka dihibur dengan keindahan Terowongan Mrawan dengan ciri khasnya mulut terowongannya yang berwarna-warni dan sangat terkenal karena merupakan terowongan kereta api terpanjang di Indonesia dengan panjangnya sekitar 1 kilometer. Sesudah melewati terowongan Mrawan, mereka sampai juga di Stasiun Kalibaru dan turun di stasiun itu. Kemudian mereka pun mencari hotel di sekitar stasiun. “Pak numpang tanya, mau cari hotel/penginapan yang tidak jauh dari sini dimana ya, Pak?” tanya Rhama. Balas Bapak PPKA Kalibaru, ”Di depan Stasiun Kalibaru tuh ada namanya Margo Utomo, trus sekitar 200 meter dari Stasiun ada juga namanya Raung Hotel. Ngomong-ngomong mau digunakan apa sih?” “Gini Pak, kita 2 minggu lagi ada acara ngelori, maybe yang datang sekitar 100 orang. Itu dari IRPS(Indonesian Railway Preservation Society)/ Pencinta kereta api Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya. Gitu Pak,” jawab Dimas. “Pak maaf kalo menyelah, terima kasih, kami tinggal dulu, coz kami buru-buru dan membagi waktu dan trima kasih,” kata Ian. “Iya Dek, silakan,” kata PPKA Kalibaru. Setelah putar-putar akhirnya mereka pikir-pikir, mereka memilih hotel yang cukup dekat dengan stasiun dengan fasilitas penginapan yang lengkap dan harga cukup terjangkau sekitar (Rp 175.000,00) yaitu Margo Utomo Resort. Mereka juga sempat hunting foto Kereta Api Mutiara Timur di dekat Jalan Kalibaru-Jember.



Dan setelah putar-putar Ian pun merasa lapar karena seharian pergi dan mengajak Dimas dan Rhama untuk mencari makan di warung makan terdekat. “ Mau pesan apa Dimas dan Rhama?” tanya Ian. Diamas menjawab, “Gue pesan sate kambing ditambah gule, minumnya capucino, kalo lu Rhama pesan apa?” “Gue pesan nasi rawon dan minumnya es the,” jawab Rhama. “Aku juga, Bu seperti Rhama,” kata Ian. “Wah nasi rawonnya habis, Dek gimana?” kata penjualnya. “Wah gimana nih Rhama gue kagak suka ama yang namanya kambing,” kata Ian. Rhama berkata,”Gue juga nih.” “Sebentar Dek, coba tak tanya kan ama penjual sebelah mungkin ada,” kata penjualnya. Setelah bebrapa detik, ibu penjual itu kembali katanya di sebelah ada dan langsung memesannya. Setelah menunggu beberapa menit pesanan dating, langsung dilahapnya makanan itu Setelah dirasa cukup beristirahat dan makan, akhirnya mereka bertiga kembali ke stasiun Kalibaru untuk kembali ke Jember dengan menggunakan KA Probowangi.



Pada saat KA Probowangi tiba di stasiun Kalibaru, tiba-tiba ada seorang pencopet yang merampas tas seorang nenek yang sudah renta. Dengan sigap Ian langsung mengejar pencopet itu bersama Dimas. “Copet…..9x,” kata Dimas. “Ayo kita kejarrrr…..,” kata Ian. Sedangkan Rhama menenangkan nenek itu yang agak khawatir. “Sabar, nek Insya Allah teman-teman saya bias menangkap pencopet itu, dan nenek tidak usah kawatir teman-teman saya sudah jago menangkap pencopet,” kata Rhama. Usaha untuk menenangkan si nenek berhasil. Setelah melewati beberapa drama pengejaran yang cukup seru. Karena mereka berdua menangkap pencopet sampai dikejar anjing. Lalu mereka juga hamper ketabrak mobil. Dan akhirnya Ian dan Dimas berhasil merebut kembali tas nenek dan mengembalikannya. Dan pencopet itu diserahkan kepada petugas keamanan stasiun Kalibaru, pencopet itu bias ditangkap karena takut kereta api, padahal dibelakang pencopet itu bukan kereta api melainkan Dimas dan Ian yang membunyikan bel lokomotif dari handphonenya. Atas jasa Ian, Dimas, dan Rhama yang berhasil menggagalkan aksi pencopet itu, maka Kepala Stasiun Kalibaru bernama Pak Nail memberikan tiket gratis naik KA Probowangi ke Jember kepada mereka bertiga.



Setelah menunggu kami naik, KA Probowangi pun berangkat dari Stasiun Kalibaru dengan keterlambatan 35 menit. Beberapa saat kemudian, KA Probowangi tiba dan berhenti di jalur 1 di Stasiun Mrawan untuk menunggu bersilang KA Mutiara Timur dari arah berlawanan dan langsung jalan menuju Kalibaru lewat jalur 2. Tanpa diberi aba-aba, Ian, Dimas dan Rhama langsung turun dari kereta untuk memotret momen berpapasannya KA Probowangi dengan KA Mutiara Timur dengan latar hutan pinus dan kopi khas Mrawan. KA Mutiara Timur meluncur dengan cepat, setelah itu KA Probowangi pun diberangkatkan oleh PPKA Stasiun Mrawan dan Dimas, Rhama maupun Ian langsung naik ke kereta. Dalam perjalanan berikutnya menuju Jember, banyak penumpang lain yang aneh dan terkejut dengan kelakuan Ian, Rhama, dan Dimas yang suka memotret kereta. Ian berkata,”Dimas fotoku bagus lho.” “ Masa’ sih yang benar aja, coba liat punyaku bagus kan,” kata Dimas. Dimas, Rhama, dan Ian pun menjelaskan bahwa hobi mereka itu karena kecintaan mereka pada kereta api yang mempunyai nilai historis tersendiri bagi mereka. “Mas kenapa kok suka ama kereta api? Padahal waktu remaja biasanya kesukaannya tidak begitu,” tanya seseorang yang melihat tingkah kita. “Kereta api tuh aneh dan unik. Kereta api tuh memilik rodayang terbuat dari besi dan memiliki jalur khusus yang tidak bisa dilewati oleh transportasi lain,” jawab Dimas. “Gitu tho, Mas,” kata seseorang yang melihat tingkah kita. “Ya iyalah, Mbak,” kata Dimas.


Saat diatas kereta Ian pun berkenalan dengan seorang gadis remaja yang umurnya masih sebaya dan hamper sama dengan seumuran aku dan ternyata gadis itu sangat kagum dengan apa yang dilakukan dengan Ian dan Dimas karena suka akan kereta. “Mas asli mana? Kok suka banget ama kereta api asalnya dari mana? Aku suka lho ama kegitan yang dilakukan Mas-Mas. Eh iya namaku Nagita,” tanya Nagita serta memperkenalkan dirinya kepada kami. Ian dan Dimas saling berebut menjawab, sampai-sampai mereka menjawab pertanyaan nagita dengan bebarengan,”Gue asli Surabaya. Udah dari kecil, Dek,” jawab mereka berdua. Ian dan gadis itu pun cepat akrab dan mengobrol panjang lebar tentang pribadi masing-masing. Sampai-sampai Nagita minta nomor handphone milik Ian. “Mas boleh minta nomor yang bias dihubungi kagak? Coz sangat kagum ama perbuatan yang Mas-mas lakukan,” tanya Nagita. “Boleh aja nomorku 085230032987, kalo nomormu berapa?” balas Ian. Nagita menjawab, “Nomorku 085258500961.”


Sayang seribu sayang, Ian dan gadis yang bernama Nagita itu harus dipisahkan oleh waktu dan tempat karena Nagita turun dahulu di Stasiun Kalisat. Dan sayangnya lagi, Ian belum sempat mengutarakan perasaannya padahal dia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nagita, karena kereta sudah berjalan lagi menuju Jember. Ian pun merasa sedih karena berpisah dengan Nagita, gadis yang ia cintai pada saat pandangan pertama sewaktu di atas kereta api. Di lain tempat Rhama juga berkenalan dengan dengan seorang gadis yang asli Jember yang bertempat tinggal di Jember. Dia sangat kagum dengan apa yang dilakukan Rhama karena suka akan kereta api. “Namaku Nurhidayati, panggilanku Ifa, gue anak Jember, Mas dari mana? Boleh kenalan kagak?” tanya Nurhidayati kepada Rhama. Rhama membalas,”Gue anak Jember, namaku Rhama. Boleh aja emangnya ada apa, kok tanya aku?” Nurhidayati menjawab,”Ku suka banget apa yang dilakukan Mas Rhama. Padahal pada waktu-waktu remaja ini kan biasanya kesukaannya modifikasi mobil, modifikasi sepeda motor, ama pesawat, tapi Mas Rhama ini kesukaannya malah aneh, kereta api. Aneh kan?” Rhama menjawab,”Iya sih aneh tapi kan itu hobi.” Rhama dan Nurhidayati cepat akrab dan mereka membicarakan panjang lebar tentang pribadi masing-masing. Sampai akhirnya Ifa, panggilan Nurhidayati meminta nomor Rhama yang bias dihubungi. “Rhama boleh minta nomor yang bias dihubungi kagak? Nomorku 085236562142,” tanya Nurhidayati. “Boleh aja nomorku 085258590092,” balas Rhama. Sampai akhirnya mereka berdua berpisah di Stasiun Jember.


Sesampainya di Stasiun Jember dengan keterlambatan 50 menit, Ian, Dimas, dan Rhama turun dari kereta lalu mereka mengambil posisi untuk memotret KA Probowangi yang akan berangkat dari Stasiun Jember sebagai foto kenang-kenangan terakhir sebelum mereka meninggalkan stasiun menuju rumah Rhama untuk beristirahat.


Karya : Rhama Nurhian Syah.

Diambil dari pengalaman pribadi.




………………………THE END……………………………


KRUPP M1500BB

BB 30135 JEMBER

Must trainload @35-JR


1 komentar:

jc bb 30306 mengatakan...

jayalh daop 9 jr......

aku selalu mendukungmu